BAB 6 Novel Membusuk di Dalam Surga, Malaikat Putih Pemetik Bintang Surga
Penulis_@Ratu Eka Bkj
Bab 6
Malaikat Putih Pemetik Bintang Surga
Beberapa tahun kemudian, perkenalan kami berujung pada naungan suci. Sang malaikat putih melamar saat aku lulus S1, tepatnya umur 23 tahun. Sedangkan, Ustadz Ahmad usia 25. Dialah orang yang selalu menjadi penggemar misterius. Dibantu Aminah, sahabat perempuanku yang melanggengkan jalannya alur. Hingga, aku temukan surat tergeletak di depan mata.
Sungguh menakjubkan. Kini moment yang ditunggu-tunggu telah datang, bahagia begitu sempurna. Degup-degup bermain dalam hati, telah disatukan Allah.
“Alhamdulillahirobbil'alamin.”
Tak terasa, hari ini aku sudah lepas dari masa lajang. Malaikat itu yang meraih bintang surga. Pernikahan disaksikan di rumah Tuhan. Tepatnya masjid Al-Munawar Tulungagung. Hadir beberapa tamu undangan seperti sahabat-sahabat, beberapa teman sekolah, saudara, keluarga pondok, dan kawan kuliah. Resepsi dengan nuansa sedang. Tidak terlalu megah, maupun sederhana. Konsep pernikahan bernuansa Islami, diselipi beberapa tradisi Jawa seperti kembar mayang. Prosesi pernikahan sangat membuat nerves, ijab kabul dan bersuapan ketika duduk di panggung rias. Sungguh dunia seakan melayang ke istana awan. Kami bertatapan, suapan sungguh manis. Disaksikan oleh orang banyak dan foto keabadian.
Aku memakai pakaian jubah pink, jilbab putih. Sedangkan Suami menggunakan jas hitam dan celana panjang hitam, bersongkok. Berpakaian sengaja tidak mengambil tradisi Jawa. Karena saat itu kebaya masih banyak yang terawang, kurang menutup aurat. Nggak seperti sekarang, sudah banyak aneka kebaya modern yang menggunakan kain tertutup.
Prosesi pernikahan selesai, menunggu beberapa tamu yang masih bersilaturahmi di rumah. Bercanda bersama. Sampai beberapa jam, malam tiba. Sebelum menjalankan sejarah terindah dalam hidup, rangka beribadah. Kami masih menikmati beberapa diskusi. Membicarakan tentang hobi, kesukaan-kesukaan, sikap, dan kisah hidup.
Ternyata hobi kita sama. Membaca buku, berdiskusi, berseni, berorganisasi, meneliti, dan menulis. Aku seorang penggila ilmu, malaikatku juga. Aku menyukai seni sastra, tari, dan lagu. Sebenarnya aku suka musik, sayangnya belum bisa. Sedangkan Suami tidak bisa menari, dia lebih menyukai seni sastra, musik beserta lagunya, dan melukis. Aku nggak nyangka, mana mungkin Ketua Pondok dan Ustadz sepertinya sempat berlatih musik. Jago lagi. Ternyata, sejak kecil dia mempelajari. Baru SMA, dia sudah tidak menikmatinya karena di pondok pesantren. Sesekali bila waktu pulang masih memainkan musik. Segala jenis musik gitar dan piano keahliannya.
Ternyata, makanan kesukaan kita sama. Bakso, itulah menu yang membuat klepek-klepek. Ternyata suami kenal lodho ayam khas Tulungagung, itu merupakan favoritku juga. Terakhir, kami bercerita panjang lebar.
“Apa kisah hidupmu yang paling mengesankan Istri kesayanganku?”
“Prestasiku di Walisongo sangat mengesankan. Aku selalu memiliki IPK tertinggi. Dipercaya menjadi Ustadzah di pondok. Menjadi Mayoret Drumband. Sering mengikuti kegiatan seminar dan diskusi, melunakkan keringnya tenggorokan akan ilmu. Bahkan, mengisi seminar di beberapa kampus swasta lainnya. Paling mengesankan lagi, memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Kalau kamu Sayang?”
“Wah hebat sekali Sayang. Kalau aku pernah mendapat juara satu pementasan Band seprovinsi ketika SMP. Menjadi Ustadz dan Ketua Pondok Modern Gontor ketika kuliah. Pastinya, yang paling mengesankan memiliki orang tua setegar Ibu. Ibu sudah ditinggal Ayah kembali di hadapan Allah sejak aku masih kecil.”
“Hebat kau Suamiku. Ibumu juga sangat hebat. Apakah Ibumu yang membiayai sekolahmu?”
“Sejak Ayah meninggal, aku dan Ibu sama-sama mencari nafkah. Pulang sekolah, aku berjualan di toko buku. Sedangkan, Ibu berjualan jajanan ringan dan es di rumah. Begitulah perjuangan kami Sayang. Oh ya, selain itu tadi apa yang paling mengesankan dalam hidupmu?”
“Di SMA aku mendapat juara satu lomba membaca puisi tingkat Ibukota Jakarta. Kamu Sayang?”
“Hebat sekali. Waktu SMP pernah juara satu melukis kaligrafi tingkat pondok sekecamatan.”
“Suamiku hebat.”
“Kau lebih hebat Istriku. Apa lagi selain itu?”
“Menemukan malaikat sepertimu,”
“Hemmmm, syair Istriku keluar hehehe. Aku juga sangat bahagia memiliki bintang surga sehebat engkau Sayang. Boleh tidak aku bertanya?”
“Boleh. Bertanya apa?”
“Apakah kau pernah berpacaran Istriku?”
“Astagfirullah. Aku tidak pernah seperti itu. Apa engkau pernah?”
“Maaf Sayang aku hanya bertanya, aku tahu kok kamu perempuan yang sangat baik. Aku juga tidak pernah.”
“Lalu, kenapa kamu bertanya seperti itu?”
“Aku ingin tahu saja. Apakah kamu pernah punya seseorang spesial dalam hidupmu yang mengesankan?”
Sungguh ini pertanyaan yang membuat bibirku terasa terbungkam. Entah apa, yang harus aku katakan. Mana mungkin ku bicarakan, aku canggung. Mana mungkin berkata, Pokemon yang sudah dianggap seperti Kakakku sendiri oleh keluarga, aku jadikan orang paling terspesial. Mewarnai hidup ini. Menghapus pilunya hati. Menyegarkan darah beku. Hingga, aku berkobar dalam hari-hari.
“Heeeiiii Sayang, kenapa kamu diam dan melamun?” tanya Suami.
Aku masih saja diam dan dlahom.
“Istriku, kau baik-baik saja kan?” Lanjutnya sambil menepuk pundak.
“(Terkejut) Aaaaku,,,,,”
“Iya Sayang, kau tidak apa-apa kan? Bagaimana pertanyaanku tadi?”
“Oh tidak apa-apa Suamiku.”
“Bagaimana dengan pertanyaanku?”
Walau sedikit ragu-ragu aku beranikan diri bicara jujur.
“Suamiku, sebelumnya maaf. Kau jangan marah ya? Jangan pula menyuruhku memutuskan persaudaraan dengannya?”
“Maksudnya apa Istriku, inshaAllah tidak.”
“Orang spesial yang pernah membuat diriku semangat ketika dia ada, dan sepi ketika dia tidak ada. Dia adalah sahabat baikku, sudah seperti Kakak kandungku. Keluargaku sangat mengenal, sudah seperti Saudara. Dia adalah Pokemon.”
“Siapa itu Pokemon Sayang?”
“Kak Ahong. Dia pula yang menasehati aku dan menyemangatiku ketika tetangga menggosipkanku. Hingga aku menjadi bimbang.”
“Kak Ahong yang kemaren di resepsi, yang orang banyak mengenal dia Kakak keponakan Sayang? Gosip apa Sayang?”
“Iya. Orang selalu mempertanyakan ketidak miripan aku dengan Ibu dan Ayah. Aku digosipkan bukan anak Ibu dan Ayah.”
“Lalu Kak Ahong menasehati apa?”
“Gen seseorang tidak selalu pada orang tua, kemiripan bisa dari Nenek dan Kakeknya.”
“Oh iya, bisa jadi seperti itu dalam kajian IPA. Nenek Kakek kamu masih ada Sayang?”
“Sudah meninggal.”
“Maaf Istriku. Kamu punya fotonya?”
“Tidak.”
“Apa kamu tak ingin menanyakan pada Ibu dan Ayah?”
“Aku tak berani. Dulu aku pernah bertanya tentang ketidak miripan. Ibu hanya tersenyum lalu pergi. Sedang Ayah, tidak ingin membicarakan tentang itu.”
“Maksudku bertanya tentang wajah Nenek.”
“Tak berani. Itu nanti tambah bikin Ayah jengkel.”
“Apakah tak ingin mencoba menyelidiki?”
“Aku bingung Suamiku. Aku takut mengecewakan orang tuaku, dia sangat menyayangiku.”
”Baiklah, nanti kita cari solusi bersama.”
“Ya Sayang. Oh ya, siapakah orang yang pernah spesial dalam hidupmu?”
“Binar. Dia sahabat sejak kecil yang selalu mensupport aku. Pernah membuatku menangis tiada tara. Ketika nyawanya diambil Tuhan saat SMP kelas 3, karena penyakit kanker otak. Oleh karena itu, aku langsung memilih mondok untuk menenangkan diri.”
“Sabar Sayang,,,,,!!!!???”
“Ya Sayang, makasih. Oh Ya, kamu Sahabat ceweknya siapa aja Istriku?”
“Selain Kak Ahong, sahabatku ialah Rindu saat SMA. Ketika kuliah, kamu tahu sendiri Sayang.”
“Aminah ya… Hehehe.”
“Iya, jadi ingat Sayang dulu jail… Penggemar misterius.”
Waktu semakin larut. Percakapan sudah sedikit penat. Setelah menjalankan shalat sunnah bersama, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. Jam dering seakan mengurik-urik, tuk memberi jadwal bercinta. Hemmm malam ini cukup di sebuah kamarku, yang selama ini aku tempati. Berhiaskan dekorasi menarik. Kebetulan kita memang belum sempat bulan madu keluar kota. Cukuplah memadu kasih di sejarah hidup dalam kamar kesayanganku. Kesederhanaan terbayar mahal oleh getaran cinta.
Tiba-tiba Suamiku keluar sebentar. Dia mengambil sesuatu. Masuk membawa benda panjang terbungkus. Dia membuka. Wawww gitar di tangannya.
“Sayang, ada satu buah lagu terindah untukmu. Lagu Charly ST 12, Biarkan Jatuh Cinta. Aku sangat menyukainya. Walau bukan karyaku, namun ini isi hatiku yang ku persembahkan untukmu. Semoga kau suka.” untaiannya begitu mesra sembari mencium tanganku.
Biarkan Jatuh Cinta
Mata ini indah melihatmu
Rasa ini rasakan cintamu
Jiwa ini getarkan jiwamu
Jantung ini detakkan Jantungmu
Dan biarkan aku padamu
Takkan menyesal hidup
Di dalam hidupku
Rasa ini terus padamu
Takkan kubiarkan sampai
Aku mati
reff:
Biarkan aku jatuh cinta
Pesona ku pada pandangan
Saat kita jumpa
Biarkan Aku kan mencoba
Tak peduli kau berkata
Tuk mau atau Tidak
“Suara dan petikan Sayang bagaikan menyusuri jemari jantung. Menyusup dalam raga. Aku suka Sayang. Aku juga akan menyanyikan satu buah lagu terindah akan mewakili isi hatiku. Sedetik karya Mitha The Virgin.”
Sedetik
Sedetik saja takkan terlupa
Rasanya ingin lagi berjumpa
Awal pertemuan lembut terdengar
Saat kau jabat erat jemariku
Kini kau hadir di tiap malamku
Menumpahkan segala rindumu
Janji terucap terjalin indah
Kau dan diriku saling memiliki
Kaulah yang pertama yang memberi aku cinta
Genggamlah tanganku yakinkan kita bersatu
Kaulah yang pertama yang membuatku terpana
Ku ingin kau hadir di setiap anganku
Ku ingin kau ada di setiap langkahku
Kini kau hadir di tiap malamku (malam-malamku)
Menumpahkan segala rindumu
Janji terucap terjalin indah
Kau dan diriku saling memiliki
Kaulah yang pertama yang memberi aku cinta
Genggamlah tanganku yakinkan kita bersatu
Kaulah yang pertama yang membuatku terpana
Ku ingin kau hadir di setiap anganku
Ku ingin kau ada di setiap langkahku
“Kau sungguh romantis Istriku. Suaramu sungguh melengking indah menusuk-nusuk dadaku. Izinkan aku mengecup keningmu dengan izin Tuhan. Melalui ucapan Bismillah,,,,”
“Atas rahmat Allah, biar itu menjadi halal di bibirmu Sayang.”
“Emmmmmmmuuuuuccccchhhh. Aku Sayang kamu Istriku,” kecupnya begitu hangat.
“Aku juga menyayangimu Suamiku.”
Sorot matamu, tatapanmu meruntuhkan segala debir debu malam
Hanya tersisa semerbak bulan yang menghiasi
Oh mekar merona bintang surga
Biarkan Tuhan menjadikan puing-puing warna
Biarkan menyentuh bibirmu, nafasmu
Dengan penuh sinar-sinar cahaya
Syair yang begitu manis di telinga. Tak ku siakan waktu tuk membalas.
Semilir angin seakan bernaung di depan sekujur raga
Menelusuri seluruh sepoi kata
Keharuman syairmu
Meneteskan embun syahdu di sanubari
Sang malaikatku, janganlah berabu-abu
Memeluk daku…….
Inilah malam dirahmati Tuhan
Sentuhlah merah bibir di wajah
Sebelum menenunkan petikan gitar cinta bersama, jihad fisabilillah. Kita berdoa terlebih dahulu supaya mendapat berkah dari Allah.
“Baarakallahu likuli waahidin minna fi shaahibihi, (Semoga Allah memberkahi masing-masing diantara kita terhadap teman hidupnya).”
“Sayang tahu nggak, tentang hasil penelitian Stuart Brody, Profesor Psikologi di Universitas Skotlandia Barat?”
“Nggak tahu Sayang, memangnya kenapa? Sayang ngajak diskusi ya? Emangnya nggak jadiiii BER_CIN_TA?” Jawabku polos, dengan bisikan lembut.
"Hahahaha….”
“Kok ketawa…?” tanyaku sambil cemberut.
“Sayang jangan cemberut gitu dong, jelek. Gini Sayang, hasil penelitian Prof. Brody mengatakan kemampuan wanita mencapai orgasme dapat dilihat hanya dari bentuk bibirnya. Wanita yang memiliki bibir atas menonjol pada bagian tuberculum lebih mudah mencapai orgasme vaginal. Tuberculum adalah bagian kecil menonjol yang berada tepat di bagian bawah hidung dan berbentuk huruf V. Bagian ini disebut sebagai indikator terbaik kepuasan seksual. Aku memandang bibirmuuuuuuu…………??????”
“Hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiichhhhhhhh nyebelin.” Gemas sambil mencubit pinggang suami.
Kesyahduan memadukan cinta kasih senar gitar berjalan, mengharap ridha Allah.
Keluarga kami berkobar begitu harmonis dengan istana cinta menghiasi sebongkah naungan sakinah, mawadah, dan warohmah. Betapa tak henti-hentinya bersyukur memiliki malaikat putih sebagai mitra cinta istana, selalu membahagiakan diriku.
Halungan sayap berterbangan
Kicau riau……
Memupuk bayangan dalam awan
Ubun-ubun jangan risau……..
Dalam titik imajinasi
Dalam titik nadi
Saat ku teringat………
Saat ku termenung hangat………
Ketika rumah Tuhan……
Ruang ilmu mempertemukan
Berhadapan……
Nan halus di hadapan Sang Maha
Hingga berlanjut pada sebuah jalan cinta
Semua timbul rasa……
Menjadi kumpulan syair syahdu dalam benakku
Memori apa yang ditiupkan kalbu
Sungguh berwarna-warni
Bagai pelangi………
Tertawa……….
Mungkin itu ekspresi jiwa
Tersenyum…………
Dalam manis terkulum
Berakhir………
Dalam naungan ukir
Berselimut dengan cadar asmara
Dalam lentera……..
Paparan sucinya ikatan
Menyejukkan…….
Di hadapan penghulu
Dia ikrarkan janji satu ……….
Tali putih yang bersih
Kasih……
Bersama ridha Sang Pencipta
Tulungagung, 30 Oktober 2016
(Merupakan isi dari terbitan karya buku solo kedua Saya novel biografi, berjudul "MEMBUSUK DI DALAM SURGA"
Owner, Founder, CEO
= 085704703039
Customer Service
DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.
DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =
0481723808
EKA APRILIA.... BCA
0895367203860
EKA APRILIA, OVO
0 Response to "BAB 6 Novel Membusuk di Dalam Surga, Malaikat Putih Pemetik Bintang Surga"
Post a Comment