(Bisnis Komunikasi Jaringan), "Solusi Kerjasama!"

Aku Adalah Bunga Kaktus


Karya: @Ratu Eka Bkj

Founder PenulisanEkaBkj.com


Founder EKABKJ.com



Bab 1

BOROK NEGERI


Karya: Eka. Aprilia

Berayun dalam paparan kabut…..
Menyongsong titik-titik senggama kepalsuan
Dalam kutik borok kehidupan
Telah menjalar, membanjir, menumpuk
Disetiap laju mayapada….
Disetiap desis gurung manusia….


Apakah kau masih saja mengunci mata ?
Sambil mengatakan “ ini semua hanya mimpi ”
Ataukah memang engkau menikmati
Mangga busuk terlumur darah……

Cobalah menatap……!
Pemilik tubuh-tubuh kurus mengeret langkah di trotoar
Memungut sebutir nasi basi dan sampah
Hanya sebagai persembahan perutnya
Ia relakan…..
Pandang lebar-lebar….
Sang boneka kecil mengikis daging dibawah terik matahari tanpa pendidikan
Ia korbankan….

Sedangkan diktator-diktator menikmati wahana bunga
Padahal itu hanya bunga bangkai….
Jika Negara ini miskin, banyak hutang
mereka tinggal bilang “ orang Indonesia malas-malas “

Tetapi ……
Aku melihat petani dari terbitnya matahari hingga senja disawah
Aku melihat pengemis, pengamen, para angkutan sejak embun hingga gelapnya cahaya di jalanan
Aku melihat berjuta buruh bertahun-tahun menyeset kulit di serangan kodok
Aku melihat sarjana-sarjana berputar-putar cari kerjaan hingga bundar
Lalu ini maksudnya apa……?
Menyalahkan tangkai-tangkai berakar
Faktanya dia-dia yang menjatuhkan daun dan mengeruknya
Penguasa berzina dengan kapitalisme tanpa bertanggungjawab

Lihatlah kekayaan alam Indonesia raya melimpah ruah ini….. !
Dikau bangga-banggakan bukan…?
Sang raja negeri…..
Menjual undang-undang kepada musuh-musuh kita
Hingga rakyat kecil tertindas…..
Kekayaan alam terbabas….

Kini yang kaya semakin kaya
Yang miskin semakin miskin
Apalah guna adanya masa reformasi …?
Jika semua masih sama dengan sejarah

Mau menyalahkan siapa…. ?
Menyalahkan apa….?
Apakah benar demokrasi telah terkotori….?
Mungkinkah kita kembali pada jalan Tuhan….?
Lalu apa yang kan kita lakukan….?

Sekarang becakap apa…?
Jika semua semakin parah
Semua serba impor…..
Adopsi pemikiran barat, budaya barat, undang-undang pesanan barat

Dekadensi moral mengakar….
Konsumeris meringis…
Mana citra positif… ?
Mana citra produktif… ?

Debat disana dan disini hanya menjadi metodologi dan pertikaian
Tanpa hasil kongkrit yang jelas dan persatuan
Seharusnya terjun kejalan, ke pelosok desa, mensyairkan gema penyadaran
Manakah para ilmuan Indonesia yang melakukan perubahan…. ?
Apakah kau biarkan tenggelam, taklit terhadap teori-teori
Tanpa analisi kekritisan…..
Tanpa  modifikasi kearah keposiitifan…..

 

Bab 3

Syair-Syair Pejuang


Karya: Eka. Aprilia

Seakan terdiam dibawah awan
Sambil menatap sang bintang, aku berkata
Berkata pada renungan hati
Angin meniup diriku memutar  ingatan tentang perjalanan hidup
Selama ini……………

Kehidupan yang berkelak-kelok
Penuh dengan batu yang menginjak kaki
Hingga terluka…………
Sakit…………..
Berdarah…………….
Itu yang pernah ku rasakan

Pengorbanan untuk bersanding dengan bangku dan papan tulis
Untuk  mendengarkan  ayat-ayat Pembina
Tidaklah semudah mereka………………
Semua tinggal berjalan dengan mulusnya

Tapi diriku………..
Harus berlari, terjatuh, membanting tulang
Tuk mampu menggenggam impian terbesar dalam hidupku
Tuk mampu mempertahankan hembusan nafas di dalam ruang mayapada

Namun……..
Mengapa mereka hanya berkedip dan membungkukkan tangan kepada kedua kain sutra
Sedangkan……..
Aku harus mengangkat raga ini dengan sendirinya
Berdiri tegak dan kulangkahkan mata kaki
Di sandaran embun, hingga senja, bahkan gelapnya ruang

Pernah aku bertanya kepada Tuhan……….
Mengapa aku yang sekuat baja inginkan cahaya keilmuan harus berlompat-lompat dalam menggapainya?
Tetapi mengapa mereka yang tinggal menggenggam, sebodoh  itu menelantarkannya?

Tuhan………
Aku sebutkan seruan dalam hati
Berkumandang memohon syair  tak tergores
Semoga engkau mendengar munajah rintihan ini

Dia………..
Siapa dia yang menciptakan alva keringat kedua kain sutra
Dialah yang matanya tertutup batu kerikil
Dialah yang telinganya tersumbat kedangkalan

Tuhan………
Aku sebutkan seruan dalam hati
Berkumandang memohon syair tak tergores
Semoga engkau mendengar munajah rintihan ini

Bab 26

Aku adalah Bunga Kaktus


Karya: Eka. Aprilia

Aku adalah bunga kaktus
Berduri tajam……
Mengutik para sengat-sengat hewan bergudik
Menusukkan demi perlawanan

Aku adalah bunga kaktus
Berakar kawat …
Walau badai menerpa
Tancapan kokoh akan selalu terpancar
Tak menginginkan tenggelam dengan arus

Aku adalah bunga kaktus
Berdaun tebal…..
Tak  ada kata menutup muka selama semua tak melanggar agama
Tak perduli konstruk budaya memalingkan muka
Sebab inilah diriku mampu bertuliskan nama
Berwarna hijau…..
Sampai kapanpun geretek jiwa kan berkepyar muda
Demi menjunjung revolusi
Bergelombang……
Namun nafas sekan tak semulus aspalan
Namun keyakinan bahwa ini jalan menuju gemilang

Aku adalah daun kaktus
Berbunga putih….
Seorang perempuan menjunjung keidealisan
Bagaimanapun hati masih dapat meneteskan mata
Saat tergores pisau

Berbunga….
Namun suatu saat mekaran itu kan merontok
Akulah tinggal kesatria akar, daun dan duri
Sebab mendayu hanya sebagai hiasan semu


ISI SELENGKAPNYA, DAPAT MEMBELI BUKUNYA DENGAN MENGHUBUNGI KONTAK KAMI


DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.

DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =

0177-01-042715-50-9

EKA APRILIA.... BRI...

0895367203860

EKA APRILIA, OVO













2 Responses to "Aku Adalah Bunga Kaktus"

  1. Mawar, merahmu tak lagi merona.
    Semerbak harummu mulai memudar.
    Duri-duri tajammu mulai tumpul tak berdaya.
    Daun-daunan hijaumu mulai gugur.

    Mawar perlahan layu tanpa kata.
    Seakan semua rasa menjelma menjadi kecewa.
    Tak sanggup lagi ceria.
    Hanya diam tanpa kata.

    Oleh: manuver kata
    Ilmunya.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan lagi keharuman dan keelokan bak mawar
      Tapi, kekokohan di kala tandus yang tak pernah terbakar
      Itulah, sang Bunga Kaktus
      Semerbaknya dari duri yang tajam, mekarnya dari sayap yang terbang menyelimuti jiwa

      Delete

Iklan Dalam Artikel

Iklan Adnow

Iklan Tengah Artikel 2

Adnow