Aku Adalah Bunga Kaktus
Tuesday, 14 May 2019
2 Comments
Karya: @Ratu Eka Bkj
Bab
1
BOROK
NEGERI
Karya: Eka.
Aprilia
Berayun dalam
paparan kabut…..
Menyongsong
titik-titik senggama kepalsuan
Dalam kutik
borok kehidupan
Telah
menjalar, membanjir, menumpuk
Disetiap laju
mayapada….
Disetiap
desis gurung manusia….
Apakah kau
masih saja mengunci mata ?
Sambil
mengatakan “ ini semua hanya mimpi ”
Ataukah
memang engkau menikmati
Mangga busuk
terlumur darah……
Cobalah
menatap……!
Pemilik
tubuh-tubuh kurus mengeret langkah di trotoar
Memungut
sebutir nasi basi dan sampah
Hanya sebagai
persembahan perutnya
Ia relakan…..
Pandang
lebar-lebar….
Sang boneka
kecil mengikis daging dibawah terik matahari tanpa pendidikan
Ia korbankan….
Sedangkan
diktator-diktator menikmati wahana bunga
Padahal itu
hanya bunga bangkai….
Jika Negara
ini miskin, banyak hutang
mereka
tinggal bilang “ orang Indonesia malas-malas “
Tetapi ……
Aku melihat
petani dari terbitnya matahari hingga senja disawah
Aku melihat
pengemis, pengamen, para angkutan sejak embun hingga gelapnya cahaya di jalanan
Aku melihat
berjuta buruh bertahun-tahun menyeset kulit di serangan kodok
Aku melihat
sarjana-sarjana berputar-putar cari kerjaan hingga bundar
Lalu ini
maksudnya apa……?
Menyalahkan
tangkai-tangkai berakar
Faktanya
dia-dia yang menjatuhkan daun dan mengeruknya
Penguasa
berzina dengan kapitalisme tanpa bertanggungjawab
Lihatlah
kekayaan alam Indonesia raya melimpah ruah ini….. !
Dikau
bangga-banggakan bukan…?
Sang raja
negeri…..
Menjual
undang-undang kepada musuh-musuh kita
Hingga rakyat
kecil tertindas…..
Kekayaan alam
terbabas….
Kini yang
kaya semakin kaya
Yang miskin
semakin miskin
Apalah guna
adanya masa reformasi …?
Jika semua
masih sama dengan sejarah
Mau
menyalahkan siapa…. ?
Menyalahkan
apa….?
Apakah benar
demokrasi telah terkotori….?
Mungkinkah
kita kembali pada jalan Tuhan….?
Lalu apa yang
kan kita lakukan….?
Sekarang
becakap apa…?
Jika semua
semakin parah
Semua serba
impor…..
Adopsi
pemikiran barat, budaya barat, undang-undang pesanan barat
Dekadensi
moral mengakar….
Konsumeris
meringis…
Mana citra
positif… ?
Mana citra
produktif… ?
Debat disana
dan disini hanya menjadi metodologi dan pertikaian
Tanpa hasil
kongkrit yang jelas dan persatuan
Seharusnya
terjun kejalan, ke pelosok desa, mensyairkan gema penyadaran
Manakah para
ilmuan Indonesia yang melakukan perubahan…. ?
Apakah kau
biarkan tenggelam, taklit terhadap teori-teori
Tanpa analisi
kekritisan…..
Tanpa modifikasi kearah keposiitifan…..
Bab
3
Syair-Syair
Pejuang
Karya: Eka.
Aprilia
Seakan
terdiam dibawah awan
Sambil
menatap sang bintang, aku berkata
Berkata pada
renungan hati
Angin meniup
diriku memutar ingatan tentang perjalanan hidup
Selama
ini……………
Kehidupan
yang berkelak-kelok
Penuh dengan
batu yang menginjak kaki
Hingga
terluka…………
Sakit…………..
Berdarah…………….
Itu yang
pernah ku rasakan
Pengorbanan
untuk bersanding dengan bangku dan papan tulis
Untuk
mendengarkan ayat-ayat Pembina
Tidaklah
semudah mereka………………
Semua tinggal
berjalan dengan mulusnya
Tapi
diriku………..
Harus
berlari, terjatuh, membanting tulang
Tuk mampu
menggenggam impian terbesar dalam hidupku
Tuk mampu
mempertahankan hembusan nafas di dalam ruang mayapada
Namun……..
Mengapa
mereka hanya berkedip dan membungkukkan tangan kepada kedua kain sutra
Sedangkan……..
Aku harus
mengangkat raga ini dengan sendirinya
Berdiri tegak
dan kulangkahkan mata kaki
Di sandaran
embun, hingga senja, bahkan gelapnya ruang
Pernah aku
bertanya kepada Tuhan……….
Mengapa aku
yang sekuat baja inginkan cahaya keilmuan harus berlompat-lompat dalam
menggapainya?
Tetapi
mengapa mereka yang tinggal menggenggam, sebodoh itu menelantarkannya?
Tuhan………
Aku sebutkan
seruan dalam hati
Berkumandang
memohon syair tak tergores
Semoga engkau
mendengar munajah rintihan ini
Dia………..
Siapa dia
yang menciptakan alva keringat kedua kain sutra
Dialah yang
matanya tertutup batu kerikil
Dialah yang
telinganya tersumbat kedangkalan
Tuhan………
Aku sebutkan
seruan dalam hati
Berkumandang
memohon syair tak tergores
Semoga engkau
mendengar munajah rintihan ini
Bab
26
Aku
adalah Bunga Kaktus
Karya: Eka.
Aprilia
Aku adalah
bunga kaktus
Berduri
tajam……
Mengutik para
sengat-sengat hewan bergudik
Menusukkan
demi perlawanan
Aku adalah
bunga kaktus
Berakar kawat
…
Walau badai
menerpa
Tancapan
kokoh akan selalu terpancar
Tak
menginginkan tenggelam dengan arus
Aku adalah
bunga kaktus
Berdaun
tebal…..
Tak ada
kata menutup muka selama semua tak melanggar agama
Tak perduli
konstruk budaya memalingkan muka
Sebab inilah
diriku mampu bertuliskan nama
Berwarna
hijau…..
Sampai
kapanpun geretek jiwa kan berkepyar muda
Demi
menjunjung revolusi
Bergelombang……
Namun nafas
sekan tak semulus aspalan
Namun
keyakinan bahwa ini jalan menuju gemilang
Aku adalah
daun kaktus
Berbunga
putih….
Seorang perempuan
menjunjung keidealisan
Bagaimanapun
hati masih dapat meneteskan mata
Saat tergores
pisau
Berbunga….
Namun suatu
saat mekaran itu kan merontok
Akulah
tinggal kesatria akar, daun dan duri
Sebab mendayu
hanya sebagai hiasan semu
ISI SELENGKAPNYA, DAPAT MEMBELI
BUKUNYA DENGAN MENGHUBUNGI KONTAK KAMI
DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.
DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =
0177-01-042715-50-9
EKA APRILIA.... BRI...
0895367203860
EKA APRILIA, OVO
Mawar, merahmu tak lagi merona.
ReplyDeleteSemerbak harummu mulai memudar.
Duri-duri tajammu mulai tumpul tak berdaya.
Daun-daunan hijaumu mulai gugur.
Mawar perlahan layu tanpa kata.
Seakan semua rasa menjelma menjadi kecewa.
Tak sanggup lagi ceria.
Hanya diam tanpa kata.
Oleh: manuver kata
Ilmunya.com
Bukan lagi keharuman dan keelokan bak mawar
DeleteTapi, kekokohan di kala tandus yang tak pernah terbakar
Itulah, sang Bunga Kaktus
Semerbaknya dari duri yang tajam, mekarnya dari sayap yang terbang menyelimuti jiwa