(Bisnis Komunikasi Jaringan), "Solusi Kerjasama!"

Wujudkan Kesetaraan Gender, Amalkan Perintah Agama


Oleh_@Ratu Eka Bkj
(Eka Aprilia, S.Ag)

Founder PenulisanEkaBkj.com

Founder EKABKJ.com


Tuhan Menilai Atas Kesetaraan Gender, Tidak Membeda-Bedakan Jenisnya

Beberapa tahun yang lalu, tidak ada kesetaraan gender dalam masyarakat. Melakukan sebuah pembedaan antara wanita dengan pria. Wanita dianggap makhluk ke dua yang memiliki kedudukan di bawah pria. Bahkan, budaya dengan semena-mena mendeskriminasi seorang wanita. Wanita seolah dijadikan seorang pelayan yang sesuka hati disuruh-suruh. Semua itu, dikarenakan sebuah budaya patriarkis yang berkembang sehingga menjadikan laki-laki seolah penguasa di bumi. Sebuah budaya yang buruk, jelas harus ditinggalkan. 


Pasalnya, bukan hanya berdampak negatif terkait ketidak adilan. Tetapi, budaya tersebut juga tumbuh dikarenakan terdapat oknum tertentu yang memberikan doktrin. Mereka ingin menutupi kelebihan wanita, karena ketakutannya pria dapat tertinggal dari perempuan. Mereka menanamkan ideologi yang beranekaragam, agar dapat menyudutkan wanita. Bahkan, mereka berkedok menggunakan topeng agama. Hanya sebuah kepentingannya yang coba disuntikkan secara terselubung pada tubuh agama. Padahal, Tuhan memandang semua makhluknya sama. Pembedanya pada tingkat iman, taqwa, akhlaq, dan ibadahnya. 

Sehingga, menerapkan 
kesetaraan gender adalah menjalankan perintah agama. Harus diterapkan dengan penuh kesungguhan dan kesadaran. Berbuat adil dan memanusian peran wanita untuk mampu menjadi manusia nomer satu. 

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra': 70)

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl [16]:97)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujuraat [49]:13)


Kesetaraan Gender Ada Dalam 4 Madzab dan Kitab, So Ikutilah Ulama Sesungguhnya yang Menulis Kitab, Bukan yang Suka Koar-Koar!
Kesetaraan Gender  - Para masyarakat awam yang tidak mendalami agama, tertipu dengan penampilan seorang oknum. Seolah menunjukkan sosok orang yang patuh akan agama. Sehingga, mereka terhipnotis dengan penanaman kepentingan yang diselubungkan atas nama agama. Beberapa orang umum, mereka mengira berbicara di atas mimbar dengan penampilan tertutup dianggap ulama. Padahal, ulama yang sesungguhnya mereka alim. Bukan sekedar berbicara dan bersorak. Tidak menyampaikan sesutau secara sepenggal. Ulama sesungguhnya mereka yang menulis kitab dengan penuh hikmat. Keilmuwan keagamannya tidak diragukan. Akhlaknya penuh dengan nilai theosentris-antroposentris. Meraka para ulama yang menggunakan ilmu dan iman, dengan dibuktikan sebuah karya ijtihad berupa kitab.

Sebuah contoh isi kitab yang selama ini ditutupi oleh para oknum, tentang kidmat suami terhadap istri. Orang umum mengira pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, menyapu, hingga berbelanja menjadi tugas istri. Padahal itu salah besar. Cara pandang tersebut bukan berasal dari agama Islam, melainkan dari peninggalan budaya Jawa. Beberapa penceramah tidak mensyiarkan ijtihad para ulama di berbagai sumber kitabnya. Mereka malah menutupi, seolah-olah budaya tersebut benar. 

Tugas wajib seorang istri dalam Islam sebenarnya adalah mendidik dan mengurus anak dengan baik, serta memberikan pelayanan seksual kepada suami. Hingga anak tumbuh menjadi pribadi yang beriman dan berakhlaq. Selebihnya seperti mengurus rumah tangga, domestik, bekerja menjadi kewajiban suami. Dalam berbagai sumber kitab disebut dengan kidmad suami terhadap istri. Sedangkan, Istri hanya sunnah melakukan demikian. Referensi yang bisa dikorescek secara langsung.

     Mazhab al-Hanafi
Al-Imam Al-Kasani, dalam kitab Al-Badai'ush Shana'i = “Seandainya suami pulang hanya membawa bahan makanan yang masih mentah, harus dimasak terlebih dahulu. Lalu, istrinya tidak mau untuk memasak dan mengolahnya, maka istri tidak boleh dipaksa. Suami diperintahkan untuk pulang membawa makanan yang siap santap.”

     Mazhab Syafi'i
Al Imam Asy Syairazi, dalam kitab Al Muhadzdzab = “Tidak wajib bagi istri membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya untuk suaminya. Karena yang ditetapkan dalam pernikahan adalah kewajiban untuk memberi pelayanan istimta' atau seksual. Sedangkan pelayanan lainnya, tidak wajib."

    Mazhab Maliki
Ad Dardir, dalam kitab Asy Syarhu Al Kabir = "Wajib atas suami melayani istrinya, meski istrinya mampu berkhidmat. Bila suami tidak pandai memberikan pelayanan, maka wajib baginya untuk menyediakan pembantu buat istrinya."

   Mazhab Hambali
Imam Ahmad bin Hambal berpendapat = "Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, membuat roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air di sumur. Karena aqad-nya hanya kewajiban pelayanan seksual. Dan pelayanan dalam bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda atau memanen tanamannya."


Mengapa kewajibannya hanya mendidik anak? Pasalnya, ini menjadi tugas yang sangat berat. Masa depan agama dan bangsa tergantung pada hasil didikan seorang wanita. Wanita menjadi tonggak bagaimana seorang anak nanti tumbuh dan berkembang. Tanggungjawab yang sebesar itu, masih ditambah harus mengurus anak dengan baik dan kasih sayang. Mangkanya, Islam mengatur sesuatu secara proporsional bukan dilihat dari kuantitas atau berapa banyak yang dilakukan, tetapi pada value. Seberapa berat tanggungjawab tersebut, sehingga tidak memungkinkan jika diberikan tugas bertumpuk.

 Mangkanya, banyak anak tumbuh dengan mental yang tidak sehat atau bahkan terjerumus kenakalan remaja dan eksploitasi anak. Semua diakibatkan salahnya pandangan budaya, yang memberikan tugas bertumpuk-tumpuk pada wanita. Padahal, itu bukan kewajibannya. So, mulai sekarang mari kita wujudkan kesetaraan gender sesuai ajaran ulama yang sesungguhnya. Bukan yang sekedar bicara di atas mimbar. Tetapi, ulama yang alim dengan karangan kitabnya.

DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.

DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =

0177-01-042715-50-9

EKA APRILIA.... BRI...

0895367203860

EKA APRILIA, OVO





4 Responses to "Wujudkan Kesetaraan Gender, Amalkan Perintah Agama"

  1. Semoga bisa di implementasi kan karena sudah cukup bagi kaum misoginis untuk tidak merampas hak kaum hawa..
    Haram Terdiam!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar banget gan.
      Mari bersama-sama untuk terus menyuarakan dan menerapkan kesetaraan gender dimanapun kita berada!

      Delete
  2. Coba tolong buat artikel gender tetapi memakai pisau analisis hermeneutika yang di gunakan para interpreter kontemporer. Seperti rif'at hasan, muhammad syahrur dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih banyak gan atas sarannya.
      Oke, ingsyaAlloh ke depan kami akan sajikan content Kesetaraan Gender dalam perspektif Tafsir Kontemporer, dengan analisa Hermeneutika.

      Delete

Iklan Dalam Artikel

Iklan Adnow

Iklan Tengah Artikel 2

Adnow